Tetesan Mata karena Kehilangan
Rabu, 12 Maret 2014
Selasa, 11 Maret 2014
LIFE MOTIVATION
Tetesan Mata Karena Kehilangan
Disaat
saya mempunyai tekad untuk berhijrah sementara, untuk menuntut ilmu agama, guna
untuk merealisasikan cita-cita saya. Tekad saya itu semakin menjadi-jadi
sehingga keinginan itu saya sampaikan kepada orang tua, bahwasanna saya ingin
pergi untuk pesantren. Orang tua tak langsung mengijinkan saya, mereka
berkata,” Jika kamu ingin pesantren maka kamu harus penuhi syarat dari orang
tua mu ini. Syaratnya yaitu bacalah kitab safinah ini dengan lancar.” Ku simak
perkataan orangtuaku dengan memasukannya kedalam hati agar benar-benar dan
semangat dalam belajarnya.
Beberapa
hari telah kulewati dengan usaha-usaha agar mengetahui dan lancar dalam membaca
kitab itu, setelah saya optimis akan bisa membaca kitab gundul itu, saya
sampaikan kepada orangtua bahwa saya sudah siap untuk di tes. Setelah oangtua
menyuruh saya untuk membacanya. Langsung saya baca teteapi pas saya baca masih
banyak sekali yang harus diprbaiki. Tetapi orangtua saya tidak memandang bahwa
saya harus bisa membaca kitab waktu itu, karena mereka sadar bahwa saya selaku anaknya
kelihata oleh mereka bahwa saya itu memang ingin sekali masuk kepesantren.
Tepatnya
kelas X akhir semester dua, saya berangkat ke pesantren pada hari minggu sore
sesudah saya pulang tadabur alam dari kawah Papandayan. Kesedihan mulai datang,
tanpa diundang sam sekali, dengan datang sendirinya secara tiba-tiba, ketika
kaki kananku melangkahkan untuk berjihad dalam menuntut ilmu. Saya berusaha
memaksakan untuk lebih bisa mengikhlaskan diri saya jauh berpisah dengan
orangtua untuk sementara, dan mnguatkan tekad niat saya untuk mencari ilmu
agama. Dan akhirnya saya bisa melangkahkan kaki saya dengan penuh keyakinan dan
penyerahan kepada Allo SWT.
Wajah
Ibu yang pertama saya pandang, kulihat matanya yang meneteskan air mata
kesedihan, kerinduan yang akan datang, dan kasih sayang. Kesemangatan saya
mulai turun lagi. Semakin berat beban yang ku rasakan dan semakin susah untuk
melangkahkan kaki. Ibu sangat mengerti dengan keadaan saya waktu itu, ibu
menghampiri saya lalu mengantarkan saya kedepann pintu, lalu mngucapkan
do’a-do’a sambil memegang erat tangan saya dan mencium kening saya. Salah satu
do’a yang selalu saya minta “ Mah do’akanlah saya setiap mamah sholat sunat dan
fardu, agar saya bisa melaksanakan ibadah haji dengan keluarga dan tahfidz
Al-Qu’an 30 juz.”. kesedihan harus saya hadapi mau tidak mau saya harus
menuntut ilmu dan akhirnya saya pergi dari rumah dengan izin orang tua.
Diperjalanan
hati saya berkata.” Saya sangat malu karena saya belum bisa apa-apa selain
hanya bisa menjengkelkan orangtua. Apa lagi mengenai Agama saya sangat nol
sekali.”
“
malulah dalam berbuat dosa tetapi jangan malu lah dengan kebaikan.” ( AIA)
Langganan:
Postingan (Atom)